Sabtu, 12 Juli 2014

sarung ki semar dan ksatria-ksatria carangan

Subjek
Deskripsi Unsur Rupa
Denotasi
Wayang
Bentuk : Organis
Warna : Krem pada wajah, tangan dan kaki, Merah pada bibir, jubah,tindik di telinga, dan huruf S, Biru pada pakaian, Kuning pada gelang tangan, gelang kaki, angka 2345 dan outline huruf S, Oranye pada kuku tangan dan kaki, Coklat tua pada celana dalam, Coklat dan coklat kekuningan pada sarung batik, Hijau pada renda – renda sarung, kerah dan pada bintang 14, Merah muda (pink) pada celana legging, Hitam pada bola mata, bulu mata, rambut, dan outline angka di dahi, Putih pada  koyo.
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Garis lengkung pada tubuh subjek wayang.
Figur wayang yang badannya tambun yaitu Semar menggunakan pakaian superman dengan posisi tubuh sedang terbang dan mengacungkan jempol tangan kanan berkesan seperti kesatria yang konyol dengan segala aksesoris yang menempel di tubuhnya
Elipse (Subjek pendukung)
Bentuk : Geometris
Warna : Merah
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Lengkung
Bentuk elipse yang terletak di atas kepala berkesan seperti malaikat
Sinar (Subjek pendukung)
Bentuk : Bersudut
Warna : Hijau pada bintang,kuning muda pada kertas,  dan putih pada sinar.
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Garis lurus pada sinar dan garis lengkung dan bersudut pada bintang dan garis lengkung pada kertas.
Ide yang muncul dari kepala atau otak digambarkan dengan sinar muncul dari dahi dan memantulkan berupa bintang yang di dalamnya terdapat kertas.
Asap (Subjek pendukung)
Bentuk : Organis
Warna : Putih
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Garis lengkung dan lurus.
Asap terletak tepat di belakang pantat dari figure Semar.
Sarung ki semar (Subjek pendukung)
Motif : kotak-kotak
Warna : Kuning kecoklatan dengan sentuhan warna coklat.
Tekstur : Tekstur semu, berkesan  kasar
Garis : lurus yang berpotongan
Sarung kotak hitam-putih-merah-kuning tidak bisa dipakai sembarang orang, keramat, titik, tidak bisa diganggu gugat. Dalam dunia pewayangan cuma empat tokoh yang berhak mengenakan sarung ini, yaitu Ki Semar sendiri, Sang Hyang Bayu, Bima dan Hanoman. Tetapi pada lukisan, sarung kotak-kotak berwarna coklat dan kuning kecoklatan dipakai oleh semar yang dalam cerita pewayangan merupakan tokoh dewa yang memanusia.




Konotasi 1
Konotasi 2
Tokoh wayang semar yang seharusnya mengenakan pakaian yang kental dengan budaya jawa khususnya tetapi sebaliknya malah mengenakan pakaian supermen yaitu seorang kesatria yang berasal dari luar negeri
Dalam cerita mahabarata, ki semar merupakan tokoh dewa yang memanusia dan berperang tanpa menggunakan dendam pribadi dan merupakan seorang kesatria, lakon Mahabharata memang begitu dekat dengan panggung politik kita tapi seluruh rakyat Indonesia yang sudah paham betul bahwa tidak ada yang serius dalam kancah politik negeri ini sehingga tokoh ki semar digambarkan dengan pakaian dan aksesoris-aksesoris yang lucu seolah menyimbolkan kelucuan politik.
Jika biasanya pada kepala seorang malaikat digambarkan dengan bentuk seperti mahkota namun bentuknya hanya bulat dan bolong pada tengahnya,tetapi dalam gambar wayang semar yang berpakaian seperti supermen layaknya seorang kesatria juga terdapat gambar lingkaran pada kepala seakan ingin menyamakannya juga dengan malaikat
Seseorang yang dijuluki dengan malaikat biasanya merupakan orang yang putih atau jernih hati dan jiwanya yang selalu ingin menolong orang-orang yang membutuhkan,tetapi dalam lukisan ini, seorang tokoh digambarkan sebagai ki semar seorang kesatria yang hanya mengenakan pakain dan aksesoris serba lucu dan tidak ada kesan serius seolah menyimbolkan tentang kulucuan seorang kesatria pada jaman sekarang ini.
Sebuah ide yang keluar dari pemikiran tokoh wayang digambarkan dengan cahaya berwarna putih dan terdapat kertas yang penuh dengan tulisan seolah menuliskan beberapa hasil pemikiran
Ide-ide yang keluar dari pemikiran ki semar berupa cahaya putih dan kertas yang terdapat tulisan-tulisan menyimbolkan sebagai janji-jani seorang kesatria.
Asap putih yang terletak di belakang pantat dari figure semar seolah menyimbolkan bahwa pemikiran atau gagasan yang disampaikan akan keluar begitu saja lewat belakang dan seolah menjadi asap putih yang akan menghilang tertinggalkan karena sang tokoh yaitu semar telah terbang tinggi
Asap putih yang terletak dipantat ki semar mengibaratkan janji-jani yang telah disampaikan hanyalah sebuah asap putih dan bualan belaka.
Sarung berwarna coklat dan kuning kecoklatan yang dikenakan oleh ki semar menyimbolkan bahwa semua orang berhak mengenakan sarung tersebut meskipun ia bukanlah seorang yang hebat.
fashion dunia pewayangan, bahwa dalam wayang, warna adiluhung tidak hanya putih bersih, tapi juga mengandung hitam, kuning, dan merah dalam kuantitas yang sama. Jika pada cerita sarung dengan warna-warna yang adiluhung tidak dapat dipaki oleh sembarang orang, tetapi pada jaman sekarang, sarung dapat dipakai oleh siapapun yang mempunyai uang untuk membelinya ibarat kekuasaan yang dibeli hanya dengan uang.



Description: http://antimateri.com/wp-content/uploads/2013/07/super-semar-Heri-Dono.jpg
Sarung ki semar dan ksatria-ksatria carangan
Seniman : Heri Dono

di depan kelamboe terboeka

Description: http://archive.ivaa-online.org/img/artworks/big/1347268555.jpg
           
“ Di Depan Kelamboe Terboeka ”
86 cm  x 66 cm
Oil on canvas
Tahun 1939


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0IltUouq7z0O5X530nRs1E92UeKXcDBWERkC1CfkFtbcG5JFXcMVc1R5yDT8lrJZsWZuJFecCEJj-hQiH1QMhd4RWlzT49Dd0q7sQsWU5cLDP74b0fC-uT7kJmdHjW4MBVoJ7madc67-r/s400/s-sudjojono.jpgLukisan diatas merupakan Karya Sudjojono yang berjudul “Di Depan    Kelambu Terbuka” dengan teknik oil on canvas yang dibuat pada tahun 1939. Sudjojono lahir di Kisaran, Tebing Tinggi Sumatra Utara pada sekitar tahun 1913. Kedua orang tuanya adalah migran dari Jawa yang bekerja sebagai kuli kontrak di perkebunan Deli, pada awal abad ke-20. Di dalam lukisan ini sudjojono melukiskan seseorang yang sedang duduk di atas kursi dengan posisi duduk yang agak serong kekanan serta  tangan kanan bersandar pada bahu kursi dan tangan kiri berdiri tegak dengan memegang tepi kursi. Seseorang  tersebut memakai baju bermotif bunga-bunga dengan warna yang berwarna-warni dan bawahan hitam dengan sedikit motif gerigi yang berwarna orange kecoklatan. Seseorang tersebut berkulit kecoklatan yang dapat dilihat dari pewarnaan kulit tangan serta bagian atas yaitu leher dan raut muka seseorang tersebut lebih putih dari warna kulit tangannya. Mata yang bulat dengan bola mata berwarna hitam pekat, alis mata yang berwarna hitam pula serta bibir yang tertutup dengan warna coklat keabu-abuan. Rambut yang berwarna hitam dan telinga yang terlihat sedikit dengan warna putih kecoklatan. Kursi yang ia duduki berwarna coklat tua dan coklat muda (cream) kemudian dibelakang kursi yang ia duduki terdapat kelmbu yang berwarna putih yang telah tercampur oleh warna putih keabu-abuan sehingga terlihat kusam. Kelambu itu digambarkan dengan terbuka dan disana terlihat goresan warna hitam dengan motif seperti sulur-suluran dan garis-garis. Kemudian dibagian atas kelambu terdapat motif seperti sulur-suluran dengan kontur yang berwarna putih serta dibagian kiri wanita tersebut terdapat gambar objek berwarna merah dan hijau sedangkan disebelah kanannya hanya berwarna hijau. Background yang digunakan adalaha warna coklat campur hitam, kuning dan coklat muda.
Lukisan ini apabila dilihat menggunakan dominasi warna monokromatis dan cenderung gelap yang telah tergambar pada warna background dan bawahan baju orang tersebut pakai yaitu warna hitam dan sedikit warna coklat selain itu juga dapat dilihat dari warna kelambu yang putih keabu-abuan. Selain warna yang mendominasi juga dalam lukisan tersebut mengandung unsur garis yang dapat dilihat dari kontur kursi dan objek manusia yang ada pada lukisan tersebut serta penggambaran seseorang yang sedang duduk pada kursi berwarna coklat dan cream digambarkan lebih jelas daripada background pada lukisan untuk menonjolkan subject matter lukisan. Garis yang ada dibelakang orang tersebut yang seperti motif sulur-suluran serta dapat dilihat juga tekstur yang ada pada lukisan “di depan kelambu terbuka “ bahwa tekstur tersebut terlihat ekspresif pada bagian kelambu, background dan raut muka orang yang ada pada lukisan. Lukisan ini memiliki value pewarnaan yang berbeda antara bagian bawah dan bagian atas lukisan, bagian bawah cenderung lebih gelap dibangdingkan bagian atas lukisan yang terang namun tetap terlihat seimbang. Sentuhan warna orange pada kain jarit memberikan kesan keseimbangan pada warna hitam kain jarit. Meskipun pada bagian atas lukisan valuenya lebih terang daripada bagian bawah lukisan, tetapi pada bagian atas diberikan sedikit warna merah kusam untuk dapat menyeimbangkan komposisi lukisan. Pada sisi bagian kiri atas lukisan terdapat gambar sulur-suluran berwarna hitam serta gambar bunga berwarna merah dengan daun hitam untuk mengisi kekosongan lukisan bagian kiri.
Lukisan yang berjudul ‘Di Depan Kelamboe Terboeka’ ini dipamerkan pada saat pameran di Bataviasche Kunstkring. Lukisan ini menampilkan sosok wanita yang sedang duduk dikursi. Biarpun tubuh itu dilukiskan tenang, tetapi tidak demikian jiwanya. Terlihat pada penggambaran mata yang menatap dengan tatapan yang tajam, seakan menyiratkan tentang berbagai hal yang ingin diungkapkan. Gelora kehidupan yang kalut pada masyarakat, berkobar dalam roman mukanya. Mata yang dilukisan itu bagai buku penghidupan bagi mereka yang membacanya. Wajah pucat, mata hitam, dan mulutnya yang terkatup, adalah perpaduan antara kesedihan, celaan, pertanyaan, dan mungkin kebencian. Goresannya bebas dan imajinatif, sedangkan warnanya kuat tetapi halus dan tidak menggunakan warna-warna yang mencolok. Secara keseluruhan lukisan itu mengekspresikan perasaan kemanusiaan yang dalam. Seniman S. Sudjojono merupakan seniman yang tergabung dalam PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), yaitu perkumpulan pertama di Jakarta yang berupaya mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya. Karya-karya yang dihasilkan mencerminkan tentang tema perjuangan rakyat, mementingkan nilai-nilai psikologis, tidak terikat kepada obyek alam yang nyata, memiliki kepribadian Indonesia, serta didasari oleh semangat dan keberanian.
Pemilihan warna yang pucat dan tidak mencolok, melambangkan suasana atau keadaan kelam yang menyilimuti hatinya. Posisi duduk yang tenang dengan tangan kanan yang diletakkan diatas kursi, seakan-akan berada pada posisi yang santai tetapi serius. Seorang wanita yang ada pada lukisannya itu ternyata istri dari sudjojono yang bernama Mia Bustam. Beliau adalah istri pertama dari S.Sudjojono yang terkhianati cintanya oleh  S.Sudjojono karena Sudjojono telah mencintai wanita lain yaitu Rosalina Poppeck  seorang sekretaris dan penyanyi selama beberapa tahun, yang kemudian dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose Pandanwangi.  Lukisan ini menggambarkan tentang jiwa ketok tentang seseorang yang duduk di bawah kelambu tapi tak ada cantik-cantiknya dalam artian seorang wanita yang tampil apa adanya tanpa riasan untuk mempercantik wajahnya, ia menunggu suaminya yaitu Sodjojono yang telah bersamanya dalam waktu lama hingga akhirnya mereka mempunyai delapan anak. Namun penantian Ibu Mia Bustam terhadap suaminya hanyalah sia-sia karena sang suami yaitu Sudjojono tidak akan kembali lagi bersama Ibu Mia Bustam meskipun kelambunya tetap terbuka karena Sudjojono telah menikah lagi dengan wanita lain dan Ibu Mia Bustampun akhirnya diceraikan. Wajah yang pucat, tatapan tajam serta mulut yang terkatup menyiratkan kekecewaan, kesedihan, celaan, pertanyaan, dan kebencian.
Lukisan Sudjojono yang berjudul ‘Depan Kelamboe Terboeka’ dapat menggambarkan realita kehidupannya dan maknanya dapat ditangkap oleh orang yang melihatnya. Lukisan ini juga mampu menyampaikan pesan yang ingin diungkapkan oleh seniman kepada penonton atau publik. Selain itu lukisan ini juga memiliki ciri khas  goresan yang berbeda dengan seniman lain yaitu ekspresif namun dengan goresan ekspresifnya seniman mampu menampilkan suasana yang terjadi pada lukisan tersebut seperti suasana kelam karena kesedihan, kekecewaan, celaan, pertanyaan dan kebencian yang ditampilkan dalam lukisan yang berjudul ‘Di Depan Kelamboe Terboeka’. Kombinasi warna cenderung pucat dan keseimbangan lukisan ini sudah bagus. 

kakak dan adik oil on canvas 65 x 79 cm


Analisis Lukisan
Description: E:\Basuki_abdullah_kakakdanadik.gifDescription: E:\Basuki_abdullah_kakakdanadik.gif
Kakak dan Adik / Brother and Sister (1978)
Cat minyak di atas kanvas / Oil on canvas, 65 x 79 cm

BASUKI ABDULLAH (1915 – 1993)
A.    Deskripsi
Lukisan dengan judul “Kakak dan Adik” karya Basuki Abdullah dibuat pada tahun 1978 diatas kanvas berukuran 65 x 79 dengan media cat minyak. Lukisan dengan dua subjek anak kecil berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Seorang perempuan yang berdiri dengan menggendong seorang anak laki-laki di punggungnya. Posisi tubuh kedua subjek lukisan digambarkan dari arah samping, tangan kedua subjek hanya terlihat tangan kanannya. Penggambaran wajah tetap terlihat frontal atau terlihat seluruhnya meskipun posisi badan menyamping.
            Seorang anak perempuan digambarkan tidak seluruh badan, yaitu dari kepala sampai pada bagian atas lutut dengan baju lengan panjang berwarna hitam atau gelap, terdapat pita berwarna kuning kecoklatan pada bagian leher baju dan menggunakan rok berwarna biru sedikit sentuhan warna hitam. Rambut pendek sepundak berwarna kuning kecoklatan, mata polos dan sayu serta bibir yang terkatup. Seorang anak laki-laki digambarkan seluruh badan tidak dalam keadaan berdiri, melainkan duduk digendong pada punggung seorang anak perempuan. Memakai baju dan celana lengan panjang berwarna hitam dan gelap. Rambut tidak terlalu cepak atau pendek (untuk ukuran laki-laki) berwarna kuning kecoklatan, mata polos selayaknya anak kecil, serta bibir yang terkatup.
            Background lukisan menggunakan warna-warna gelap yaitu warna hitam dan warna kuning kecoklatan. Warna hitam digoreskan pada bagian atas lukisan dan warna kuning kecoklatan digoreskan pada bagian bawah lukisan. Pencahayaan pada bagian atas lukisan diseimbangkan dengan warna terang rambut subjek lukisan sehingga  tidak terlihat gelap seluruhnya dan bagian bawah lukisan dengan warna kuning kecoklatan diseimbangkan dengan warna baju kedua lukisan yang gelap sehingga tidak terkesan berat bagian atas lukisan.
B.     Analisis tanda visual dan interpretasi
Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul “Kakak dan Adik”, 1978 ini merupakan salah satu karyanya yang menunjukkan kekuatan penguasaan teknik realis. Penggambaran subjek lukisan dengan seorang anak perempuan yang berperan sebagai kakak dan seorang anak laki-laki yang berperan sebagai adik. Dengan pencahayaan dari samping, figur kakak dan adik yang dalam gendongan terasa mengandung ritme drama kehidupan. Dengan penguasaan proporsi dan anatomi, pelukis ini menggambarkan gerak tubuh mereka yang mengalunkan perjalanan sunyi. Suasana itu, seperti ekspresi wajah mereka yeng jernih tetapi matanya menatap kosong.
Namun demikian, spirit keharuan kemanusiaan dalam lukisan ini tetap dalam bingkai romantisisme. Oleh karena itu, figur kakak beradik lebih hadir sebabagi idealisme dunia utuh atau bahkan manis, daripada ketajaman realitas kemanusiaan yang menyakitkan. Dengan dominasi anatomi dan proporsi,  pelukis menggambarkan gerak tubuh mereka dengan perjalanan tenang. suasana itu, seperti ekspresi wajah mereka yang jelas, tetapi tatapan matanya kosong. Apalagi pakaian mereka yang sederhana dan berwarna gelap. Dari gambaran visual dari lukisan ini Basuki Abdullah ingin mengungkapkan empati tersebut pada kasih sayang dan kemanusiaan.
Seorang anak laki-laki yang digendong di punggung kakanya merasa nyaman dan tenang. Hal ini terlihat dari tatapan matanya yang polos dengan bibir yang terkatup. Sedangkan seorang kakak yang dengan tulus menggendongnya. Mata kakak perempuan terlihat lebih sayu dan sangat polos, gerak tubuhnya yang berdiri namun terkesan lemah. Tatapan matanya kosong, serta bibirnya terkatup. Penggunaan warna-warna gelap mengesankan ketenangan.
Emosi jiwa manusia dalam lukisan ini tetap dalam romantisism. Tokoh kakak adik lebih menunjukkan kehadiran cinta, daripada realita kehidupan manusia yang kejam dan menyakitkan. Pilihan konsep estetika tersebut dapat dikonfirmasikan pada semua karya lainnya Basuki Abdullah. Dari beberapa mitologi, sosok tubuh telanjang, sosok binatang, potret manusia merek, dan atau karpet melihat, meskipun terbangun dengan dramatisasi tapi semua hadir sebagai dunia ideal yang indah penuh cahaya dan warna.
Berkaitan dengan konsep estetik tersebut, Basuki Abdullah pernah mendapat kritikan tajam dari Sudjojono. Lukisan Basuki Abdullah dikatakan sarat dengan semangat Mooi Indie yang hanya berurusan dengan kecantikan dan keindahan saja. Padahal pada masa itu, bangsa Indonesia sedang menghadapi penjajahan, sehingga realitas kehidupannya sangat pahit. Kedua pelukis itu sebenarnya memang mempunyai pandangan estetik yang berbeda, sehingga melahirkan cara pengungkapan yang berlainan. Dalam kenyataan estetik Basuki Abdullah yang didukung kemampuan teknik akademis yang tinggi tetap menempatkannya sebagai pelukis besar. Hal itu terbukti berbagai penghargaan yang diperoleh, juga dukungan dari masyarakat bawah sampai kelompok elite di istana, dan juga kemampuan bertahan karya-karyanya eksis menembus berbagai masa.
Basoeki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 – wafat 5 November 1993 pada umur 78 tahun) adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia. Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya Abdullah Suryosubro yang juga seorang pelukis dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo.
Sejak umur 4 tahun Basoeki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti. Pendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Berkat bantuan Pastur Koch SJ, Basoeki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).
C.    Penilaian
Penguasaan teknik pada lukisan berjudul “Kakak dan Adik” tinggi, penggambaran subjek lukisan terlihat realis. Penggambaran lukisan memperhatikan aturan keseimbangan atau balance, terlihat pada pewarnaan-pewarnaan pada bagian-bagian lukisan tertentu. Warna gelap dipadukan atau diseimbangkan dengan warna terang dan sebaliknya. Penggambaran mata pada sosok anak perempuan yang sedang menggendong adiknya semestinya lebih dikensankan tatapan mata yang hangat dan penuh kasih sehingga pesan yang disampaikan akan lebih tersampaikan. Proporsi tubuh anak laki-laki terlihat mengalami pemendekan pada bagian pinggul kebawah sehingga terkesan kurang seimbang dengan bagian perut hingga kekepala. Penempatan subjek lukisan sudah sesuai atau sudah  pas dengan ukuran kanvas, tidak terkesan terlalu penuh ataupun terkesan terlalu padat, pencahayaan baik  dan terlihat hidup.